MALADEWA
Baru-baru ini terjadi fenomena alam yang
sangat eksotis di Maladewa. Ribuan pendaran cahaya terbawa ombak menuju Pulau
Vaadhoo. Seperti melihat kumpulan bintang, namun tersebar di pinggir pantainya!
Beruntunglah Anda yang berkunjung ke Maladewa beberapa waktu lalu. Soalnya, ada
fenomena alam yang akan membuat mulut Anda ternganga. Fenomena ini terjadi di
Pulau Vaadhoo, Maladewa. Ribuan pendaran cahaya berukuran kecil tersebar di
sepanjang pantainya, membuat sebuah garis ombak yang sangat indah dipandang
mata!
Dilansir dari situs nationalgeographic.com, Rabu (19/3/2012), cahaya biologis
yang disebut bioluminescence ini dihasilkan oleh hewan super kecil yang hidup
di lautan, yaitu phytoplankton. Menurut para peneliti, memang ada beberapa
spesies phytoplankton yang punya bioluminescence. Mereka tersebar di seluruh
samudera di dunia.
Spesies phytoplankton bioluminescence yang paling banyak ditemui yaitu
dinoflagellates. Jika beruntung, Anda akan melihat mereka naik ke permukaan
laut dan memendarkan cahaya di tengah laut yang gelap gulita. Maladewa bukan
satu-satunya tempat yang pernah mengalami fenomena ini. Sebelumnya, Pulau
Lakshadweep di India juga pernah dihinggapi phytoplankton ini.
Fenomena ini menambah daya tarik Maladewa sebagai destinasi bahari terkemuka di
dunia. Pantai yang eksotis, titik penyelaman yang luar biasa indah, serta
jejeran resor menjadikan Maladewa sebagai eskapisme favorit para pecinta
lautan. Tak ada salahnya jika Anda berencana untuk berlibur ke sini, siapa tahu
Anda bisa menyaksikan sendiri fenomena alam yang sangat cantik ini.
Gemerlap Cahaya di Lautan Maladewa
Maldives, nama rasminya Republik Maldives, adalah sebuah
negara pulau mengandungi gugusan kepulauan terumbu karang yang terletak di
Lautan Hindi, di selatan pulau Lakshadweep, India. Ia terletak kira-kira 700
kilometer atau (435 batu) ke barat daya Sri Lanka.
Terdapat 26 terumbu diwartakan sebagai wilayah yang
mengandungi sebanyak 1,192 kepulauan kecil. Namun begitu, hanya kira-kira 200
pulau sahaja yang didiami oleh manusia. Nama negara ini berasal daripada
perkataan ” Kepulauan Bergunung-ganang” (malai di dalam bahasa Tamil, bermaksud
“gunung” dan teevu di dalam bahasa Tamil bermaksud “pulau”) ia juga mungkin
bermaksud “seribu pulau”. Beberapa sarjana percaya bahawa nama “Maldives”
diambil daripada perkataan Sanskrit maladvipa, bermaksud “susunan pulau-pulau”,
atau daripada “mahila dvipa”, bermaksud “pulau wanita”. Ada juga yang
mempercayai nama tersebut bermaksud “istana” (daripada perkataan Mahal di dalam
bahasa Arab) berikutan pengenalan Islam pada 1153, pulau ini kemudiannya
menjadi sebahagian daripada Portugis (1558), Belanda (1654) dan hak milik
penjajah British (1887). Pada tahun 1965, Maldives mengisytiharkan
kemerdekaannya daripada Britain, dan pada 1968, sistem Kesultanan telah
digantikan dengan sebuah Republik. Walaubagaimanapun, sepanjang 38 tahun,
Maldives hanya pernah mempunyai 2 presiden meskipun sekatan-sekatan politik
telah dilonggarkan baru-baru ini.
Maldives yang terkenal sebagai “Surga Tropis” karena
kecantikan pantai pasir putihnya serta negeri Sri Lanka yang menyimpan beribu
peninggalan sejarah dari zaman dahulu
Maladewa kepulauan yang terletak 300 mil barat selatan
ujung India dan 450 mil barat Sri Lanka adalah tempat yang sempurna untuk pergi
menyelam. Lautan biru Maladewa dipenuhi dengan kehidupan laut yang indah.
Mengambil nafas, belum pernah melihat terumbu karang kebun dan ikan berwarna
multi dihargai oleh penyelam sebagai perairan ini sangat jelas bahkan pada
sekitar 50 meter dari permukaan air. Maladewa air juga dikatakan pada suhu
ideal 25-30 derajat Celcius, untuk pergi menyelam, sehingga Maladewa ditandai
pada peta dunia bersama dengan tujuan menyelam atas lainnya.
Setiap resor di Maladewa memiliki profesional sekolah
menyelam staf dengan instruktur yang berkualifikasi. Jika Anda baru untuk
menyelam dan tidak memiliki petunjuk tunggal tentang apa yang harus dilakukan,
maka tidak ada kekhawatiran seperti sekolah-sekolah menyelam melaksanakan
program pelatihan untuk pemula dalam berbagai bahasa termasuk Cina, Spanyol,
Italia dan banyak lagi. Menyelam Sekolah-sekolah tersebut dilengkapi dengan
kebutuhan seperti wetsuits, tangki, kompresor, BCDs, bobot dan sabuk berat
ditambah aksesoris lain seperti komputer menyelam dan lampu. Beberapa sekolah
standar tinggi menyediakan kamera bawah air dan fasilitas pemrosesan video.
Menikmati eksotika alam bawah laut tak hanya bisa
dilakukan dengan diving atau snorkling. Menyewa sebuah kamar hotel di bawah
laut bisa menjadi alternatif bagi mereka yang memiliki gaya hidup kelas
platinum.
Seperti apa yang ditawarkan sebuah resort mewah ‘Conrad
Maldives Rangali Island’ . Resort yang berlokasi di Kepulauan Maldives itu
menyulap restoran bawah laut milik mereka menjadi sebuah kamar esklusif
layaknya ruang hotel bintang lima.
Ruang yang dibangun lima meter di bawah permukaan Samudera
Hindia itu memiliki desain dinding dan atap menyatu membentuk lengkungan 180
derajat. Sang arsitek sengaja menggunakan bahan tembus pandang sehingga
pengunjung bisa menikmati eksotika ikan-ikan yang menari di sekeliling batu
karang dari ruang seluas 9×5 meter itu.
RESORT ‘Conrad Maldives Rangali Island’
Sejarah
Sejarah awal negara ini tidak diketahui secara pasti.
Menurut legenda,
seorang pangeran Sinhalese (Indo-Aryan) yang bernama KoiMale terdampar
bersama pasangannya, seorang putri dari Raja Sri Lanka,
di Maladewa dan menetap di sana sebagai sultan pertama. Selama berabad-abadk, kepulauan ini dikunjungi oleh pelaut dari Arab dan India.
Pada abad ke-16, bangsa Portugis menjajah kepulauan ini selama 15 tahun
(1558-73) sebelum akhirnya direbut kembali oleh Muhammad Thakurufar Al-Azam.
Sejak tahun 1887 hingga kemerdekaan Maladewa pada 26 Juli
1965, negara ini menjadi bagian dari perwalian Inggris. Sejak
tahun 1153 hingga 1968, negara ini berbentuk kesultanan Islam yang independen. Setelah memperoleh kemerdekaan dari Inggris, bentuk pemerintahan kesultanan hanya bertahan
selama tiga tahun dan kemudian dihapuskan serta diganti menjadi republik.
Beberapa bencana alam besar pernah melanda kepulauan ini,
di antaranya adalah gelombang tinggi yang membanjiri beberapa pulau pada April
1987. Pada Desember 2004, tsunami samudra hindia menggenangi sejumlah pulau dan
mengkontaminasi sumber air, merusak rumah, tanah, dan persediaan
air tanah.
Penduduk
Penduduk Maladewa disebut orang Divehi Mereka menamakan negara mereka Divehi rājje yang berarti Kerajaan
Kepulauan. Secara etnografi,
orang Divehi dibagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok utama penduduk
Maldives yang menempati IhavandippuỊu (Haa Alif) hingga Haddummati
(Laamu), kelompok selatan Maladewa yang mendiami tiga atol paling selatan di ekuator, dan
penduduk Minicoy yang menempati pulau sepanjang 10 km dibawah administrasi India. Berdasarkan etnisnya, penduduk Maladewa dibagi menjadi 4, yaitu Sinhalese, DravidiaBangsa
Dravida, Arab,
dan Afrika
berkulit hitam. Hanya ada satu etnik minoritas di negara ini, yaitu Suku
Indian.
Perekonomian
Maladewa
Selain sektor pariwisata yang menjadi tulang punggung
perekonomian Maladewa, kegiatan ekspor ikan tuna juga menjadi salah satu
pendapatan penting negara ini. Sebanyak 90% dari total produk perikanan yang diekspor oleh Maladewa merupakan
produk tuna segar, tuna
kering, tuna beku, tuna yang diasinkan, dan tuna kaleng.
Kondisi tanah Maladewa yang kurang subur menyebabkan hasil
tanam di negara ini sangat terbatas, hanya beberapa tanaman seperti kelapa, pisang, sukun, pepaya, mangga, talas, ubi, dan bawang yang dapat
tumbuh di area negara ini. Hal ini juga menyebabkan sebagian besar makanan harus diimpor dari luar negeri.
Industri di negara ini terdiri dari pembuatan kapal,
kerajinan tangan, pengalengan tuna, serta produksi pipa PVC, sabun, mebel, dan produk
makanan. Beberapa negara yang berhubungan baik dalam perekonomian Maladewa adalah Jepang, Sri Lanka, Thailand, dan Amerika
Serikat.
Sejarah Islam di Maladewa – Maldives
Maladewa merupakan negara kepulauan, yang
terdiri dari 1.200 pulau di Samudera Hindia. Yang paling terkenal untuk
pemandangan yang indah: pantai putih, pohon kelapa bergoyang-goyang, karang
warna-warni dan sinar matahari berlimpah. 80 persen dari rata-rata ketinggian
Maladewa kurang dari satu meter. Jika kenaikan permukaan laut terus perubahan iklim
global, ini surga yang indah mungkin akan lenyap di bawah laut cepat atau
lambat.
Islam hadir di Maladewa sejak berabad
lampau. Seperti di banyak kawasan, agama ini dibawa oleh pedagang asal Timur
Tengah dan Gujarat untuk kemudian diterima luas oleh masyarakat setempat. Maka
tidak mengherankan apabila Islam telah menjadi agama resmi semenjak 800 tahun lalu.
Memasuki
zaman modern, cahaya Islam tak lantas pudar. Islam terus mengalami
perkembangan, baik di tingkat pemerintahan maupun sosial kemasyarakatan. Ini
misalnya ditunjukkan Presiden (saat itu-red) Mamun Abdul-Rashid dalam pidatonya
bulan Juli 1984 yang tegas menyerukan, “Islam agamaku.”
Menurutnya, Islam merupakan pandangan hidup
ideal. Islam juga sangat dinamis dan mampu mengikuti perkembangan zaman hingga
akan membawa kemanfaatan bagi siapa pun, dimana pun dan kapan pun. “Sistem
dalam Islam dapat menjangkau setiap aspek pada kehidupan bermasyarakat.”
Sebagai tindak lanjut, di bulan Nopember
1984 presiden mencanangkan proyek pembangunan komplek Masjid Jami dengan biaya
7 juta dolar AS. Upaya ini diharapkan semakin menambah ghirah keislaman
pada segenap komponen masyarakat.
Tahun 1997 lahir undang-undang negara yang
menyatakan Islam sebagai agama resmi negara. Ditetapkan pula bahwa setiap warga
negara harus beragama Islam dan pengamalan agama selain Islam dilarang
berdasarkan undang-undang. Perkecualian bagi orang asing yang non-Muslim,
mereka bisa menjalankan ibadah sesuai kepercayaannya namun harus dilakukan
secara privasi serta tidak diperbolehkan mengajak penduduk untuk
berpartisipasi. Dalam hal ini, presiden merupakan ‘penguasa tertinggi penegak
syariat Islam’.
“Islam telah menjadi karakteristik penduduk
Maladewa karena mereka percaya Islam membawa kedamaian dan kesejahteraan,”
begitu bunyi laporan International Religious Freedom Report tahun 2004.
Presiden Maumoon Abdul Gayoom setahun lalu juga mengariskan kembali pendirian
negara ini, yaitu tak ada agama selain Islam di negaranya. Untuk itu, presiden
kemudian menginstruksikan Menteri Dalam Negeri menyusun langkah-langkah untuk
mempertahankan dan menjaga kesatuan agama. Maka terbentuklah Mahkamah Tinggi
Agama Islam yang dapat memberikan arahan-arahan di bidang agama. Di samping
itu, disiapkan pula pedoman dan standar pelaksanaan ibadah sehingga amal ibadah
umat dapat diterima di sisi Allah SWT.
Pemerintah juga melarang peredaran barang
atau material apapun yang bercirikan non-Islam, namun diperbolehkan menyimpan
literatur-literatur agama, seperti Injil, tapi hanya untuk kepentingan pribadi.
Begitu pun penjualan pernak-pernik agama non-Islam — kartu dan pohon Natal —
kecuali hanya dibatasi untuk orang asing dan turis. Langkah serta kebijakan
lain adalah pelarangan bagi aktivitas penyiaran agama non-Islam serta
misionaris. Peralihan agama dari Islam ke non-Islam sangat bertentangan dengan
hukum syariat dan dapat berdampak bagi hilangnya hak kewarganegaraan.
Tahun 1214, hampir seluruh penduduk
Maladewa memeluk Islam berkat kegigihan imam asal Arab, Abu Barakat Berberi.
Begitu besar pengaruhnya hingga penguasa Hindu di sana kala itu, Dharam Sant,
juga beralih ke agama Islam. Dia lantas mengubah namanya menjadi Sultan
Muhammad Ibn Abdullah.
Peristiwa itu menjadi tonggak paling
penting dalam perjalanan sejarah Republik Maladewa nama resmi negara ini. Hingga
kini pun, masyarakat di sana selalu mengenangnya sebagai peristiwa “Revolusi
Spiritual.”
Adalah cerita mistik juga yang membawa
penduduk Maladewa menuju kebenaran. Negeri kepulauan di Samudera Hindia ini
dihuni oleh penduduk yang hampir seratus persen beragama Islam. Sebagai negara
yang berdekatan dengan India dan Sri Lanka yang sebagian penduduknya beragama
Hindu dan Budha, kehadiran Islam di negara yang berpenduduk hanya 400 ribu
orang itu tentu sebuah keunikan. Dan keunikan itu menjadi lengkap bila menilik
ke belakang, cerita tentang awal mula Islam hadir di negeri itu.Maladewa adalah
gugusan karang (atol) di selatan India. Jumlah pulau yang berserak di
sekitarnya mencapai 1.200 buah. Sejak sebelum masehi, kepulauan ini telah
menarik minat banyak orang. Letaknya yang strategis berada di persilangan Asia
mengakibatkan tempat ini menjadi persinggahan para pedagang sebelum melanjutkan
perjalanan menuju tanah Melayu.
Cerita tentang Islam di negeri ini pun tak
jauh dari perjalanan para pedagang dan pengembaraan umat Islam dari tanah Arab.
Muhammad Ibn Batuta, seorang pengembara asal Maroko yang mengunjungi Maladewa
pada abad ke 14 memiliki catatan khusus tentang Islam di Maladewa.
Menurut dia, seorang ulama bernama Abu
Barakath Yoosuf Al Barbari, satu kali singgah di Maladewa. Ia sedang dalam
perjalanan dakwah dan mengembara. Saat ia tiba, rakyat Maladewa tengah dicekam
ketakutan. Rannamari, penguasa laut menurut kepercayaan masyarakat kala itu,
keluar dari tempatnya sebulan sekali. Ia datang untuk menjemput korban berupa
seorang anak perempuan muda yang masih perawan. Jika tidak diberi, ia akan
mengamuk hingga mengakibatkan bencana bagi semua orang.
Korban, anak perempuan malang itu, dipilih banyak orang. Ia dikorbankan dengan
kesepakatan bersama rakyat. Setelah terpilih, anak perawan itu dibawa ke candi
di dekat pantai sendirian. Rannamari akan menjemputnya. Esok pagi, anak gadis
itu meninggal dalam kondisi mengenaskan. Ia menjadi korban keganasan dewa laut.
Gadis itu meninggal dalam kondisi telah diperkosa.
Saat masyarakat tengah diliputi ketegangan, Abu Barakath datang. Ia menginap di
rumah salah seorang warga yang kebetulan anaknya terpilih untuk dikorbankan
kepada dewa laut yang serakah.
Abu Barakath merasakan betul kesedihan yang melanda keluarga tempatnya
menginap. Ia yakin, itu cuma cerita mistik atau mitos. Dan sebagai umat Islam,
ia tertarik untuk membantu keluarga tempatnya menginap dan membebaskan rakyat
dari cerita tahyul atau syirik. Maka ia bersedia menjadi korban.
Abu Barakath lantas didandani layaknya anak perempuan. Ia dibawa ke candi
dengan tatapan penuh heran masyarakat setempat. Pria cerdas yang memang ulama
itu kemudian duduk di dalam candi tanpa sekalipun lalai dari mengingat Allah.
Sepanjang malam ia tak henti membaca Alquran.
Esoknya beramai-ramai penduduk mendatangi candi. Dengan rasa penasaran mereka
ingin menyaksikan apa yang terjadi pada anak perawan buatan itu. Betapa
terperanjatnya, penduduk setempat saat melihat ‘anak perempuan’ yang
dipersembahkan bagi dewa laut itu masih hidup. Apalagi ia tampak masih khusyuk
membaca Alquran. Kegembiraan segera meliputi masyarakat Maldewa. Mereka
berterima kasih kepada pahlawan yang telah mengalahkan dewa laut Rannamari.
Raja setempat mendengar kisah ini. Dia mendatangi Abu Barakath Al Barbari dan mendengarkan
cerita yang sesungguhnya. Menurut keyakinan raja, kekuatan buruk telah
dikalahkan oleh kekuatan suci orang mulia dan ayat suci Alquran. Serta merta
dia bersyahadat dan menyatakan diri sebagai Islam. Dengan pengaruhnya, ia
memerintahkan semua rakyat mengikuti langkahnya memeluk Islam. Jadilah Maladewa
negeri dengan mayoritas penduduk beragama Islam.
Maladewa adalah sebuah negara Islam yang
sudah eksis sejak 9 abad yang lalu dan masih mempertahankan Islam sebagai dasar
negara meski negeri itu sudah berubah dari sebuah kesultanan menjadi sebuah
Republik.
Maladewa mengubah dirinya menjadi sebuah
kesultanan atau kerajaan Islam sejak tahun 1153. ketika Raja Maladewa Sri
Tribuvana Aditiya menjadi orang Maladewa pertama yang masuk Islam kemudian
diikuti istri dan anak anaknya, kalangan Istana dan di tahun yang sama seluruh
Maladewa sudah beralih keyakinan kepada Islam meninggalkan agama lama mereka
yaitu Hindu.
di tahun yang sama raja Aditya memerintahkan pembangunan masjid pertama di
Maladewa yang mereka sebut sebagai Hukuru Miskiiy atau masjid Jum’at atau
Masjid Jami bersamaan dengan pembangunan Masjid Ied yang digunakan untuk
penyelenggaraan sholat Idul Fitri dan Idul Adha. Juga bersamaan dengan
penghancuran kuil kuil dan patung patung peribadatan agama lama mereka.
Sama seperti Indonesia, Maladewa pun pernah di jajah oleh bangsa Eropa, bedanya
mereka hanya sempat dijajah oleh Portugis selama 15 tahun (1558-1573). Di tahun
1573 Portugis tersingkir dari Maladewa akibat kekalahan perang melawan para
pejuang Maladewa di bawah pimpinan Muhammad Thakurufaanu Al-Azzam.
900 tahun setelah memproklamirkan diri sebagai kesultanan, Maladewa masih
berpegang teguh pada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai hokum positif Negara, meski
banyak pihak terutama dari Negara Negara barat yang memandang negatif terhadap
hal tersebut.
Dua masjid tua Maladewa yang didirikan oleh Sultan pertama mereka masih berdiri
dan terawat dengan baik hingga kini. Unesco bahkan sudah memasukkan dua masjid
tersebut bersama belasan Masjid masjid tua di Maladewa ke dalam daftar warisan
budaya dunia.
Di tengah kota Male, kota yang berupa sebuah pulau kecil lebih besar sedikit
dari Pulau Penyengat tempat berdirinya masjid putih telur Sultan Riau di
Propinsi Kepulauan Riau, kini berdiri kokoh sebuah masjid baru sekaligus
sebagai Islamic center maladewa bantuan dari Negara Negara arab, Pakistan,
Brunei dan Malaysia.
Di Maladewa, Islam begitu penting. Itu
sebabnya, jangan heran jika setiap hari Jumat juga begitu penting di Maladewa.
Itu sebabnya pula, sariatu—hukum-hukum syariah di Dhivehi juga sangat penting.
Itu sebabnya pula di Maladewa, mulai dari presiden, jaksa agung, departemen
dalam negeri, dan majelis-majlis begitu penting.
Di pulau itu, masjid atau lebih dikenal
sebagai miski, menjadi simbol penting pusat Islam dipraktikkan. Setiap hari
Jumat, toko dan kantor di kota-kota dan desa sudah tutup sekitar pukul 11 pagi.
Selalu ada masjid di beberapa pelosok Maladewa. Kebanyakan bangunan masjid
dicat putih dan terbuat dari batu karang dengan menggunakan seng atau jerami
sebagai atapnya.
Di Malé, Islamic Center dan Masjid Besar yang dibangun pada tahun 1984 dengan
dana dari negara-negara Teluk Persia, Pakistan, Brunei, dan Malaysia, berdiri
elegan. Pada awal tahun 1991 saja, Maladewa sudah memiliki total 725 masjid dan
266 masjid berbeda untuk perempuan.
Di Maladewa, lima belas menit sebelum adzan, semua toko dan kantor tutup.
Selama bulan Ramadan, semua kafe dan rumah makan juga tutup, dan hanya buka
menjelang waktu berbuka dan pada pada malam hari.